Selasa, 19 Februari 2013

PENDIDIKAN KREATIF DI TAHUN BARU

(Khusnul Khotimah) Download artikel
Orang yang merugi apabila hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Hal ini menyiratkan bahwa kita setiap harinya harus berusaha lebih kreatif, lebih inovatif, lebih giat dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru. Dalam mengajar, guru harus lebih baik dalam mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk perangkat pembelajaran. Hari berikutnya harus lebih baik dalam penguasaan materi, dan seterusnya. Semua itu perlu kita lakukan dalam rangka menyongsong tahun baru masehi 2013. Di tahun yang ditandai dengan adanya perubahan kurikulum untuk tingkat SD dan SMP dengan mengintegrasikan beberapa pelajaran dalam rangka menuju pendidikan kreatif (Jawa pos, 4 Desember 2012).
Pendidikan kreatif yaitu, pendidikan yang bermutu, berkualitas, dan mampu merangsang daya kreativitas merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini demi membentuk pelajar kreatif sebagai pengemban amanat bangsa. Pelajar yang kreativitas akan mengantarkan pelajar yang mandiri, bisa memecahkan masalah, inovatif (menghasilkansesuatu yang baru), dan memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Pelajar yang seperti ini hanya bisa dihasilkan dari guru-guru kreatif dengan pendidikan kreatif pula. Guru dalam menjalankan pendidikan kreatif tidak sekedar menstranferkan ilmu kepada para pelajar. Pendidikan kreatif harus memberikan nilai plus pada anak didiknya. Nilai plus tersebut berupa kemampuan anak didik dalam mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh, implementasi ilmu yang diperoleh peserta didik dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dalam bergaul, dalam memanfaatkan waktu yang dimiliki, dan dapat pula berupa daya kreativitas peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan peserta didik dari hasil pendidikan kreatif tentunya hanya bisa dilakukan guru-guru yang memiliki mental guru sejati. Saat ini tidak bisa dipungkiri, diantara para guru kita ada yang bermental puas dengan kemapanan, ingin seperti dulu, dan ada kesan ingin serba dicapai. Metode mengajar ingin tetap seperti yang dulu, paradigm mengajar tidak berubah, silabus sudah disediakan, RPP ada yang nggarapno, buku materi ada yang mengirimi, LKS harus sudah ada kuncinya, bahkan untuk naik pangkat pun karya tulis yang dijahitkan.
Selain itu, sebagian guru ada yang tidak mau sulit sehingga tidak mau kalau ada perunbahan. Pembelajaran yang mengarah pada pentransferan ilmu pada peserta didik dianggap paling enak dilaksanakan. Guru tinggal ceramah saja dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal.
Pendidikan Kreatif, pentingkah?
Berbagai dampak era global menurut adanya perubahan yang mendasar (mindset) dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bukan hanya sekadar perubahan kurikulum semata, tetapi lebih dari itu. Hal ini bertujuan untuk melestarikan roh pendidikan di Indonesia yang bermartabat dalam rangka mempersiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna menghadapi kehidupan yang sangat kompetitif ini di era global. Untuk itu diperlukan sebuah perubahan cara pandang kita terhadap dunia pendidikan, yang dikenal dengan sebutan perubahan paradigm pendidikan.
Perubahan paradigm pendidikan dalam mewujudkan pendidikan kreatif meliputi : 1) kurikulum yang sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang suci dan seakan-akan tidak bisa diubah harus segera diakhiri. Untuk itu, guru hendaknya tidak terpancang pada materi yang bermaktub dalam kurikulum, melainkan guru juga harus aktif mengaitkan kurikulum dengan lingkungan fisik dan sosial yang dihadapi peserta didiknya,2) guru sudah tidak boleh lagi mendudukkan dirinya sebagai dewa yang  paling tahusegala-galanya dibanding peserta didiknya di dalam kelas, 3) Pendidikan berorientasi pada pengetahuan hendaknya segera diakhiri dan bergeser kepada pengembangan ke segala potensi peserta didik, 4) Pendidikan yang dibatasi dengan umur dan waktu hendaknya berubah ke arah pendidikan tanpa batas umur danwaktu atau disebut dengan long life education.
Selain itu, pendidikan kreatif tidak hanya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan individual, tetapi harus juga memiliki kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab dalam memasuki kehidupan yang sangat kompetitif. Banyak dijumpai peserta didik kita yang kurang berhasil di masyarakat, padahal dia merupakan anak hebat ketika bersekolah. Peserta didik seperti ini hanya meningkatkan knowledge ketika menjadi siswa. Dia tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tidak banyak bergaul dengan temannya, dan tidak pernah mengikuti lomba-lomba yang mengarah ke life skill karena takut ulangan harian jelek.
Anak-anak kita juga sangat membutuhkan kurikulum baru yang berbasis kreativitas dapat membentuk peserta didik yang mampu menciptakan inovasi-inovasi terbaru dan bukan sekedar datang, mencatat, menghafal, ujian, lulus, lalu lupa. Peserta didik kita butuh lapangan pekerjaan yang luas di bidang kreatif, artinya potensi bisa mengalahkan koneksi. Peserta didik kita membutuhkan pendidikan yang mampu menyeimbangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri sehingga tidak hanya mampu menghafal berbagai teori yang ada dalam banyak buku, tetapi lebih dari itu, mampu menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bangsa kita membutuhkan pendidikan kreatif. Dengan pendidikan kreatif diharapkan bangsa kita mampu bersaing di pentas dunia dalam menghadapi era global saat ini.
Mental Para Guru SebuahTantanganMenujuPendidikanKreatif.
Pentingnya pendidikan kreatif yang telah diuraikan di atas tidak akan ada artinya tanpa didukung oleh perubahan mental para guru. Mental para guru saat ini sepertinya sudah merasa nyaman dengan kemapanan. Guru sudah merasa tenang sebagai penguasa tunggal dalam dunia pendidikan. Keadaan ini tentunnya tidak boleh terus berlangsung. Perlu adanya revolusi mental para guru untuk menuju cita-cita mewujudkan pendidikan kreatif.Revolusi mental yang diharapkan antara lain:
Seorang guru beranggapan bahwa kewajibannya hanyalah menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum. Untuk selebihnya dianggap tidak perlu. Mental seperti ini harus segera direvolusi. Kalau tidak, guru tersebut berarti telah menghilangkan fungsi terpenting dari seorang guru, yaitu sebagai pendidik, pengarah, pembimbing, pelatih, penilai dan pengevaluasi (UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003).
Sebagai salah satu contoh guru kreatif adalah guru matematika di SMPN 12 Surabaya (  Jawapos, 8 Desember 2012,hal.23). guru ini mampu membuat siswanya betah mengikuti pelajaran matematika dengan metode kedipan mata. Dengan rumus-rumus jitu, guru ini membimbing peserta didiknya dalam mengerjakan soal yang rumit menjadi mudah yang dikerjakan secepat kedipan mata.
Singkat kata, guru kreatif sangat dibutuhkan dalam membentuk pendidikan kreatif. Guru kreatif bisa membuat siswanya aktif. Dengan berbagai cara, kiat, teknik, guru tersebut mampu membuat pelajaran yang rumit menjadi mudah, dari yang membosankan menjadi menyenangkan, dari yang tidak disukai menjadi disukai, dari yang menjadi momok menjadi teman siswa. Guru-guru seperti inilah yang dibutuhkan di tahun baru 2013. Dengan berjalannya waktu, setiap pengalaman dalam hidup adalah pelajaran. Di tahun yang baru, dengan semangat baru dan wajah baru dari pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar